
Branding From Scratch: 2025 Prepared by A Guide to Build Your Business and Its Identity
Dalam dunia bisnis F&B yang penuh persaingan, kelezatan produk saja tidak cukup. Kisah sukses Tupkies—cookies shop asal Bandung dengan Cookies Geprek yang viral—menjadi bukti bahwa branding adalah kunci yang tak bisa ditawar. Di HIPMI UI Business Class 2025 Elan Pradana membongkar strategi branding yang ia terapkan dalam membesarkan merek F&B yang kini jadi primadona Gen Z dan TikTok foodies.
“Brand bukan cuma logo. Itu persepsi. Dan persepsi bisa direkayasa,” ujar Elan membuka sesinya.
Kenali “Why” Sebelum “What”
Setiap bisnis besar dimulai dari satu pertanyaan sederhana: Why? Mengapa brand ini ada? Apa yang ingin dibawa ke dunia? Menurut Elan, sebelum mendesain kemasan atau memilih filter Instagram, founder harus menggali misi brand secara mendalam. Apakah sekadar jualan cookies? Atau ingin membangkitkan momen nostalgia masa kecil lewat rasa?
“Tanpa ‘why’, semua aktivitas branding akan terasa kosong. Orang beli, tapi nggak nempel,” katanya.
Posisikan Diri, Bukan Sekadar Produk
Elan mengajak audiens untuk memahami bahwa pelanggan bukan hanya membeli produk, tapi juga nilai dan posisi. Maka penting untuk tahu: siapa audiensmu? Apa keinginan mereka? Apa yang mereka anggap keren? Dengan membangun positioning yang kuat, brand bisa menempati ruang spesifik di benak konsumen.
“Your brand is not the hero. Your customer is,” jelas Elan. “Tugas brand adalah bantu mereka jadi versi terbaik dari diri mereka.”
Visual Konsisten, Efeknya Massif
Logo, tone, warna, ilustrasi, bahkan ikon—semua elemen visual wajib konsisten. Bukan karena estetika semata, tapi karena consistency builds memory. Brand guide bukan formalitas, tapi senjata utama agar semua tim, dari desainer hingga admin sosial media, berjalan di jalur yang sama.
“Banyak brand gagal karena tiap post beda tone. Hari ini cute, besok edgy. Konsumen bingung,” ujar Elan. “Rulebook saves time and builds recognition.”
Distribusi Konten: Queen di Balik Sang Raja
“Content is king, but distribution is queen—and she runs the show,” tegas Elan. Banyak brand terlalu fokus bikin konten, tapi lupa memastikan kontennya sampai ke audiens yang tepat.
Ia menyarankan pemetaan platform sesuai karakter target. Gen Z? Fokus di TikTok dan instagram. Profesional muda? Manfaatkan LinkedIn. Ibu rumah tangga urban? Coba main di Facebook dan komunitas WhatsApp.
Buat Mini Brand Guide Sekarang Juga
Tak perlu muluk-muluk. Cukup 2 font, 3 warna, dan satu tone utama. “Simplicity works. Yang penting nempel di kepala dan mudah dipakai,” jelas Elan. Ia juga menekankan pentingnya bicara menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
“Kalau kamu ngomong kayak robot, orang nggak dengerin”
Word of Mouth Masih Raja
Salah satu kekuatan Tupkies adalah antusias dari pelanggan sendiri. "Mereka suka, mereka posting, dan merek berkembang tanpa harus pasang iklan besar-besaran." Elan percaya, pelanggan yang puas adalah marketing terbaik. Maka ia menekankan untuk memastikan konsumen yang membeli produk mendapat pengalaman yang menyenangkan.
Penutup: Branding Adalah Maraton, Bukan Sprint
Branding bukan kerja semalam. Tapi ketika fondasinya kuat, setiap langkah promosi jadi lebih terarah. Dari Cookies Geprek hingga brand storytelling, Elan Pradana membuktikan bahwa dengan pendekatan yang jujur, konsisten, dan berani tampil beda, sebuah merek bisa tumbuh jadi top of mind di pasar yang crowded.
Jika kamu adalah pelaku UMKM, entrepreneur muda, atau bahkan sekadar penggemar cookies yang ingin mulai usaha, pesan Elan sangat jelas: “Bangun dari hati, sampaikan dengan gaya, dan konsistenlah di tiap langkah"